Lansia Lawan Osteoporosis
Gejala osteoporosis kerap melanda kaum lanjut usia (lansia). Saat usia manusia sudah menyentuh di atas 50 tahun, tulang akan berisiko mengalami penipisan dan mudah patah. Perempuan pun mengalami risiko terbesar osteoporosis dengan kasus mencapai 50 persen.
Untuk mencegah gejala osteoporosis dini, Dr dr Basuki Supartono SpoT, FICS, MARS, dan para dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, melakukan sosialisasi kepada lebih dari 100 lansia. Sosialisasi dilakukan di Posbindu Gelatik, RT 01/06, Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (20/9) pagi. Sosialisasi diisi dengan pemeriksaan kesehatan dan ceramah kesehatan dengan judul “Pencegahan Osteoporosis pada Perempuan Monopause”.
Dua macam pemeriksaan kesehatan dilakukan. Pertama adalah pemeriksaan dengan alat Osteosys. Lewat alat tersebut, kadar kepadatan massa tulang para lansia diukur.
Osteosys memiliki indikator yang berisi data tingkat kepadatan tulang. Ketika berstatus hijau berarti kondisi tulang bagus. Jika statusnya kuning harus hati-hati. Lansia harus mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung kalsium tinggi. Ketika indikator merah, maka lansia itu harus segera mendapatkan treatment khusus untuk meningkatkan kalsium.
Alat pemeriksaan lainnya disebut Bioimpedance analysis (BIA). BIA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur komposisi tubuh. Alat ini merupakan evolusi dari timbangan berat badan yang bekerja sebagai elektroda untuk mengukur sinyal listrik pada tubuh, sehingga nilai massa otot, lemak tubuh, kadar air tubuh, lemak viseral.
Sementara itu, Dr dr Basuki Supartono SpoT, FICS, Mars dalam ceramah kesehatannya menjelaskan, ada berbagai macam penyebab osteoporosis. Di antaranya yakni usia tua, keturunan, gaya hidup, penyakit bawaan, hingga penyakit kronis.
Menurut dia, puncak kekuatan tulang manusia yakni ketika berusia 35 tahun. Setelah itu, kekuatan tersebut menurun. Pada pria akan kehilangan 20-30 persen massa tulang. Sementara, perempuan kehilangan 30-50 persen. “Umumnya ini terjadi pada pergelangan tangan, bahu, panggul dan tulang belakang,” kata dia.
Basuki mengungkapkan, osteoporosis harus diantisipasi sejak dini. Pencegahan bahkan bisa diberikan untuk usia anak hingga dewasa (10-20 tahun). Pada fase pembentukan tulang ini, bisa diberikan nutrisi yang mengandung 1.300 mg kalsium dan olahraga secara teratur. “Bila haid, terganggu konsultasi ke dokter,” ujar Basuki.
Jika sudah tergolong lanjut usia berusia di atas 50 tahun, Basuki menjelaskan, ini merupakan periode monopause seorang perempuan. Pada fase ini, terjadi pengurangan dari 1 hingga 6 persen massa tulang. Karena itu, Basuki mengimbau agar para lansia mengonsumsi 1000 mg kalsium, konsumsi vitamin D dan rajin berolahraga.
sumber : https://gayahidup.republika.co.id/berita/py64nn374/lansia-lawan-osteoporosis
0 Response to "Lansia Lawan Osteoporosis"
Posting Komentar