Akhlak Milenial


Oleh: Abdul Muid Badrun

”Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak" (HR Bukhari). Hadis ini memberikan peringatan kepada kita, betapa persoalan akhlak di zaman now menjadi sangat penting dan utama.

Mengapa? Karena, kita sadar, problematika dari dulu sampai sekarang yang muncul ke permukaan itu lebih karena tiadanya akhlak karimah (akhlak mulia). Inilah pekerjaan rumah kita bersama.

Peristiwa demi peristiwa, kejadian demi kejadian yang mewarnai kehidupan kita akhir-akhir ini, sering kali tidak masuk akal sehat. Seperti orang tua membunuh anaknya, anak membunuh orang tuanya; dakwah di mana-mana, tapi korupsi makin merajalela; industrialisasi kebohongan makin subur, dan lain sebagainya.

Maka, wajar jika Alquran menyebut mereka yang berbuat melampaui batas sebagai "generasi bal hum", yaitu generasi manusia yang perilakunya lebih buruk dibanding binatang sekalipun. (QS al-A'raf: 179). Lalu, bagaimana kita menyikapi hal ini?

Menjadi orang tua di zaman now tidaklah mudah. Menjadi anak pun juga akan mengatakan hal yang sama tidak mudah. Mereka harus siap dan berpacu dengan derasnya arus informasi yang bisa membentuk perilaku dan kebiasan.

Gadget, televisi, internet, dan lingkungan pergaulan menjadi ancaman jika tidak tegas dan hati-hati menyikapinya. Saya, sebagai orang tua pun merasakan hal yang sama. Betapa anak kita telah berubah menjadi anak zaman milenial. Yang cara mengasuh dan mendidiknya pun harus cerdas dan tegas.

Saya ambil contoh, soal manajemen waktu antara sekolah, kursus tambahan di luar, dan belajar di rumah. Jika tidak hati-hati, orang tua akan berhadapan dengan sikap anak yang boring alias bosan dengan rutinitas. Mereka akan cenderung berpura-pura patuh, tapi sebenarnya tidak. Maka, harus dicari keseimbangannya. Parahnya lagi, orang tua membiarkan anak-anaknya begitu saja dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Sehingga, akhlak anak-anak milenial tumbuh bebas tanpa kendali. Bahkan, ada orang tua yang berpikiran untuk memasukkan anak-anak nya ke pesantren sebagai "obat" agar kena kalan anakanak dan remaja itu bisa diredam sejak dini. Betulkah cara tersebut? Sepintas betul.

Namun, bukankah tanggung jawab mendidik akhlak generasi milenial itu tugas bersama. Mulai dari orang tua, guru di pesantren maupun lingkungan masyarakat sekitar. Agar, akhlak milenial yang tidak baik bisa diperbaiki. Harus diakui, tayangan film layar lebar, sinetron televisi, dan internet telah membuat generasi milenial jauh dari agama. Akibatnya, perilaku dan sikapnya pun mencerminkan jauh dari tuntunan agama.

Saya mengajak para orang tua untuk tidak abai akan masa depan anak-anak kita generasi milenial. Kitalah orang tua yang menjadi "wakil" Rasul Muhammad untuk menyempurnakan dan men didik anak-anak kita agar memiliki akhlak milenial yang mulia: jujur, berani berkata benar, amanah, dan tangung jawab. Anak adalah amanah dan se ka ligus cobaan. (QS al-Anfaal: 28). Karena itu, jaga betul amanah itu agar cobaan tidak menjadi siksaan.

sumber : https://khazanah.republika.co.id/berita/pywg8l313/akhlak-milenial

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhlak Milenial"

Posting Komentar